Sekolah Tatap Muka. Nggak Ah..!!




"Mendikbud Nadiem Nakarim menyatakan, sekolah boleh melaksanakan pembelajaran tatap

muka pada Januari 2021. Hanya saja, menurut Nadiem Makarim, pembelajaran tatap muka diperbolehkan, tetapi tidak diwajibkan"


Ketika saya baca berita itu, saya sedikit mengernyitkan dahi. Sebagai seorang guru, saya sebetulnya cukup kaget ya mendengarnya. Maksudnya begini lho, memang sih negara ingin mencerdaskan Bangsa ya, dalam keadaan apapun, termasuk dalam keadaan pandemik. Tapi, bagaimana mungkin bisa cerdas bangsa ini kalau penduduknya akhirnya tumbang satu persatu kena COVID? Mana yang lebih penting nih; mencerdaskan kehidupan Bangsa atau menyelamatkan nyawa anak Bangsa duluan?


Menurut saya pribadi yang setiap hari bergumul dengan anak – anak, saya kok merasa keputusan ini kurang tepat ya. Anak – anak itu masih tidak bisa aware dengan protokol kesehatan yang diajarkan. Masih harus diingatkan setiap kali cuci tangan, bercanda masih guling – gulingan di lantai. Istilahnya, berangkat seragam warna putih bersih, ketika pulang warnanya sudah jadi kuning kumal. Kemudian juga dengan guru – gurunya yang tentunya tidak semua berusia muda. Banyak guru – guru yang rentan terkena virus karena usia dan ketahanan imunnya sudah mulai menurun. Banyak juga guru yang harus work travel tiap hari dengan angkutan umum. Tentunya ini semua harus dijadikan pertimbangan yang matang.


Saya melihat beberapa sekolah memaksa komite sekolah untuk tanda tangan menyetujui sekolah tatap muka ini tetapi sekolah memperbolehkan anak didik untuk tidak datang ke sekolah bila memang keberatan. Ini menurut saya sangat tidak benar, karena anak tersebut akan dianggap absen dan dia akan ketinggalan pelajaran. Jadi mau tidak mau orang tua yang mengalami dua kali paksaan. Dipaksa tanda tangan dan dipaksa untuk tidak mempunyai pilihan lain selain memasukkan anaknya ke sekolah (tatap muka), karena kalau tidak maka anaknya akan ketinggalan pelajaran.


Daripada memaksakan sekolah tatap muka, kenapa sih tidak membuat sekolah DARING itu lebih FUN. Selama ini banyak komplain dari orang tua murid soal sekolah DARING karena mereka melihat si anak stress dan tidak belajar maksimal, akibatnya orang tuanya ikutan stress. Ya gimana anak nggak nangis dan bosan kalau selama online learning itu gurunya hanya cuap – cuap bercerita atau lecturing. Memang mungkin banyak guru yang terkendala dengan kurikulum yang tetap harus selesai dengan jam pelajaran yang lebih pendek dan singkat, atau mungkin kendala menggunakan aplikasi dan teknologi dan bahan ajar. Semua itu bisa diajarkan kok. Sekolah bisa mengadakan sesi sharing dengan sesama guru dari sekolah lain atau guru yang lebih berpengalaman soal pembelajaran daring di sekolah tersebut. Bisa juga memanggil sumber yang memang lebih ahli dalam menyiasati pembelajaran daring.


Saya pribadi karena harus wira wiri ke sekolah akhirnya tiap bulan rapid test. Karena saya paham bahwa saya bertanggung jawab bukan hanya pada diri saya, tetapi pada kolega saya dan juga keluarga. 

Harapan saya dan tentu juga menjadi harapan kita semua ya, bahwa kita tetap sehat selama masa pandemik ini, karena memang kita tahu pandemik tidak akan berakhir dalam jangka waktu pendek.

Tetap semangat ya semuanya. Untuk teman – teman guru dan pendidik dimanapun kalian berada, stay healthy mind body and soul. 


Comments